Saturday, 7 July 2012

Trip Dieng Culture Festival

Siapa yang ke dieng tanggal 29 Juni-1 Juli kemarin? Angkat jempol !!!
Yap...jawabannya pasti "Saya!!"

Di tanggal tersebut para pengunjung selain dapat menikmati keindahan alam Dieng, juga dapat menyaksikan pagelaran wisata budaya Dieng yang sayang untuk dilewatkan.
Jadi sekali dayung tiga pulau terlampaui itulah kira-kira ungkapan yang pas untuk perjalanan saya kali ini.

Perjalanan di mulai dari Jakarta-Dieng yang harus ditempuh dalam waktu 16 jam naik bis*jyah rasanya udah pegel-pegel tuh badan. Meski sedikit emosi gara-gara nggak sesuai jadwal tapi bayang-bayang keindahan Dieng cukup membuat saya bisa bersabar hehe..

Akhirnya menjelang sore hari sampai juga saya dan teman-teman di kawah sileri, tempat pertama yang kami kunjungi. Menurut sumber, kawah sileri adalah kawah yang paling berbahaya di antara kawah-kawah yang lain di Dieng. Untuk menuju ke kawah sileri, kita harus berjalan menuruni tangga dan melewati barisan tanaman kentang di kanan-kiri jalan setapak. Karena berada di tengah-tengah hamparan rumput hijau dan tanaman kentang tadi membuat perjalanan ke kawah terasa sejuk.

 
Foto dulu sebelum mendekat ke kawah


Perjalanan menuju kawah Sileri

Kentang, salah satu hasil bumi Dieng yang produksinya paling besar di indonesia

Lanjut ke tempat berikutnya, Sumur Jalatunda. Menurut masyarakat sekitar, siapapun yang bisa melempar batu hingga melampaui sumur tersebut, harapannya bisa terkabul lho hehe..Iseng-iseng nyobain dan ternyata susah temans...

Penampakan sumur Jalatunda

Setelah menikmati sumur Jalatunda dan foto-foto, karena hari mulai gelap kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan berikutnya menuju homestay.

Yap hari mulai gelap dan udara di sana semakin dingin grrrr...Mencari kehangatan adalah salah satu hal yang kami cari saat itu. Beruntungnya sesampai di homestay, kami disediakan oleh pemilik homestay, sebuah perapian kecil yang lumayan bisa menghangatkan tubuh.
 
Selain minum kopi hangat, kami mengelilingi perapian kecil ini ditemani ibu pemilik homestay yang sangat ramah dan kedua anaknya yang imut-imut hihi. Ibu pemilik homestay banyak bercerita tentang kehidupan masyarakat di Dieng sehari-hari, objek wisata hingga hal-hal mitos yang masih terjadi di daerah Dieng.

Karena ingin menikmati salah satu acara Dieng Culture Festival yaitu pertunjukan wayang dan kembang api, saya dan teman-teman mulai memberanikan diri keluar homestay, melawan dinginnya malam. Untuk orang yang terbiasa tinggal di pesisir pantai seperti saya ini, udara dingin di Dieng benar-benar menusuk tulang...dingin banget!!! Jaket tebal dan sarung tangan sangat dibutuhkan di sana!

Beginilah panggung pagelaran wayang yang ditonton hampir seluruh masyarakat Dieng dan pengunjung dari luar daerah Dieng...
Di sini saya tidak bisa menikmati isi cerita pertunjukkan wayang tersebut.  Selain karena datang terlambat, udara dingin membuat saya dan teman-teman memutuskan untuk mencari penjual bakso haha...#lagilagi mencari kehangatan.

Lalu saat mencari penjual bakso, saya terheran-heran dengan penjual dan pembeli Popice ini..
Ada penjual popice dong...padahal kan udaranya dingin banget!! Mereka masih ngerasa panas kali yak? *Grrr
Baiklah kurang dari satu jam, kami memutuskan untuk pulang ke homestay, mengumpulkan energi untuk mendaki bukit sikunir esok subuh. #langsung kebayang seperti apa dingiinnya..

Sekitar jam 4-an, saya mulai berjalan menuju ke atas bukit Sikunir. Seperti yang sudah diduga semalam, udara sangat dingin menemani perjalanan selama mendaki bukit! Huaaah luar binasa! #langsung kabayang selimut di kasur. Jalan menuju atas bukit cukup terjal dan sempit sehingga musti hati-hati.
Sayangnya karena agak kesiangan dan kebetulan memang banyak pengunjung yang datang ke sikunir membuat saya tidak bisa menikmati awal munculnya sunrise langsung dari puncak sikunirnya huhu. But it's okay karena selama berjalan menuju puncak, saya masih bisa mengabadikan indahnya matahari terbit di sikunir ini. Satu hal yang paling menakjubkan dari pendakian ini adalah kita bisa melihat sekumpulan awan yang berada di bawah kita. Hmm...pantesan memang nggak heran juga kalo Dieng di sebut negeri di atas awan!

 Awannya kelihatan kayak ombak..


Barisan gunung yang tampak dari bukit Sikunir.
Ternyata Desa ini memang yang tertinggi!

Puas menikmati sunrise di Sikunir, saya menuju ke kawah Sikidang. Berbeda dengan perjalanan mendekati kawah Sileri, teriknya matahari ditambah panasnya kawah serta bau belerang yang menyengat membuat saya harus menutup hidung dan menahan panas udara sekitar.

Perjalanan menuju kawah Sikidang, berasa di planet lain :D

Aktivitas vulkanik di kawah 

Tujuan berikutnya adalah ke telaga warna. Untuk melihat telaga dari atas, saya harus melalui jalan setapak di antara tanaman-tanaman liar dan pohon-pohon tinggi dan kurus.

Dan beginilah penampakannya. 

Perjalanan selanjutnya yaitu ke Dieng Plateu Theater. Di sana kita akan disuguhkan tayangan film dokumenter tentang kawasan, budaya, hingga musibah alam yang pernah terjadi di Dieng. Salah satu yang membuat saya tercengang yaitu di bulan Juli-Agustus, suhu di Dieng bisa sedingin musim dingin di Eropa...wow!! Jadi buat kamu yang pengen ngerasain dinginnya Eropa nggak usah jauh-jauh ke sana, cukup ke Dieng :D.

Tampak depan

Hari sudah semakin siang dan saatnya saya dan teman-teman harus segera meluncur ke kawasan candi arjuna tempat diadakannya ruwatan rambut gimbal. Hurry up!!

Supaya bisa melihat acara ruwatan dengan dekat kita harus menggunakan kartu ini. 

Dalam acara ini ada enam anak berambut gimbal yang mengikuti ruwatan. Ruwatan ini dimaksudkan agar si anak berambut gimbal tersebut bisa memiliki rambut lurus seperti sebelumnya. Hanya anak-anak tertentu di sekitar Dieng yang bisa berambut gimbal. Sebelum gimbal, anak tersebut biasanya mengalami demam. 
Oleh masyarakat sekitar, anak yang berambut gimbal bisa dikatakan membawa keberuntungan dan petaka sehingga kemungkinan anak-anak gimbal yang saya temui dan tidak diruwat adalah anak yang menurut orangtuanya membawa keberuntungan karena gimbalnya itu.

Dalam ruwatan ini, masing-masing anak mendapatkan barang yang menjadi permintaannya. Ada yang minta anting-anting, kambing, sepeda dan yang paling polos dan murah tentunya, ada anak yang meminta Milkuat dan Milkita haha... #seneng banget tuh pasti orangtuanya. Hmm....bisa saya bayangin kalau ini terjadi di kota besar kayaknya anak-anaknya bakal minta Handphone, Tablet, PS haha..Acara ruwatan dilakukan dengan memotong rambut gimbal si anak, setelah diruwat rambut si anak akan tumbuh secara normal seperti sebelumnya yaitu tidak gimbal! Keren yak..


Salah satu anak yang selesai diruwat

Pengunjung yang mengelilingi acara ruwatan. Biarpun panas matahari menyengat tetap semangat!

Dan taklupa saya berfoto di salah satu candi...

Keren kan :p. 

So sekian liputan saya kali ini haha..dan untuk kamu yang berencana mengunjungi Dien, jangan lupa untuk membeli Carica, semacam manisan buah carica yang manis dan segar, lalu menikmati mie ongklok, makanan khas Wonosobo. OK!!

Salam  Semangat!!

2 comments:

  1. halo mbak laksmi, salam kenal saya imunz. Iseng baca blog pas lagi bete, eh nemu mbak..Dan surprisingly..baca postingan yg di dieng.. Hahahaha, aku juga ke sono loh mbak, tapi koq ngga ketemu yah. :D anyway, mampir k blog saya juga ya mbak. Thanks a lot

    ReplyDelete
    Replies
    1. Helo imunz..salam kenal juga hehe. wah iya kesana juga sama siapa? tempat yang dituju sama?

      Delete

Thanks for your comment !! Please come back..:D