Saturday, 11 January 2014

Melarikan Diri ke Thailand-Part 6 (Random keliling Bangkok)

"Malam ini saya harus posting sesuatu,,,kayaknya otak saya malam ini butuh dialihkan ke aktivitas lain"


Sebelum melakukan perjalanan random di hari ke-enam, saya berulang kali menghitung uang yang sudah sangat menipis sambil menghitung anggaran pengeluaran untuk dua hari terakhir di Bangkok. *harus cukup uangnya!.

Rencananya pagi ini di hari senin kami akan mengunjungi Vimanmek Mansion, yaitu semacam tempat kediaman Raja Thailand. Kami memang sengaja ke sana karena tiket masuk ke Vimanmek Mansion gratis, sudah include tiket Grand Palace. Yah...hari ini kami memang sengaja mengunjungi tempat-tempat wisata gratis dan murah hahaha. Dari kawasan Khaosan road kami menggunakan bus no 70 dengan harapan bis tersebut gratis, tapi....ternyata kami harus bayar 13 bath karena bis-nya AC hihihi, gila ya hari-hari terakhir di sini kami memang perhitungan banget :p.
Di perjalanan kami meminta si ibu kondektur untuk memberi tahu letak Vimanmek Mansion, si Ibu menjawab dengan bahasa Thailand yang ntah apa itu artinya sambil ngangguk-ngangguk. Oya sebagai informasi dari mulai bus yang udah tua, nggak ada AC sampai bus AC, kondektur bus nya  kebanyakan wanita dengan memakai seragam tersendiri, keren ya *langsung inget metromini Jakarta.
Saat itu kami pikir Ibu kondektur tadi pasti tahu maksud kami jadi kami tenang-tenang aja sambil melihat jalanan sekitar dan ngantuk-ngantuk dikit karena pengaruh AC.
Beberapa menit kemudian tiba-tiba kami sudah sampai di terminal, lalu kami bertanya lagi letak Vimanmek Mansion, dan ternyata Ibu kondektur itu sepertinya baru tahu maksud nama tempat yang akan kami tuju itu "Oh Vimanmek mansion, yah mbak udah kelewat tadi...." kira-kira itulah jawabannya. Akhirnya kami di suruh turun untuk naik bis no 70  lagi *heh?

Di bis no 70 dari terminal tadi kami cukup membayar 11 Bath. Dengan harapan nggak terlewat lagi saya mengamati setiap papan informasi, tapi ternyata masih aja kelewatan. Kami lalu turun di dekat Dusit Zoo, karena saya sempat melihat papan petunjuk ke arah Vimanmek Mansion. Menuju Vimanmek Mansion ini memang gampang-gampang susah karena letaknya ternyata tidak dilewati langsung bis no 70 tadi jadi  masih harus jalan kaki juga.

Tepat di seberang Dusit Zoo terdapat Ananta Samakhom Throne Hall *baru tahu namanya setelah searching di om google". Bangunan bergaya Eropa ini ternyata adalah museum dan sering digunakan untuk acara kenegaraan. Sebenarnya kami bisa masuk secara gratis dengan menunjukkan tiket Grand Palace tapi sayangnya museum ini tutup di hari Senin *hufh.



Selain Ananta Samakhom Throne Hall, ada juga museum The Royal Elephant National.  Kalau menurut saya sih kawasan dusit ini mirip kawasan medan merdeka-nya Jakarta karena di sana juga terdapat beberapa kantor pemerintahan, dan Istana raja.


Numpang foto..

Daripada nyasar lagi akhirnya kami bertanya ke salah satu penjaga gedung pemerintahan di sana tentang letak Vimanmek Mansion. Bapak penjaga ini justru menjawab kalau Vimanmek Mansion tutup di hari Senin *apa! Kami langsung cek tiket masuknya dan tepat! di tiketnya tertulis kalau tempat itu tutup di hari senin. Udah dibela-belain ke sini pakai acara nyasar pula, tapi ternyata tutup, gagal misi hari ini x.x. Dan menurut informasi random yang saya baca ternyata memang hari Senin adalah hari tutupnya museum di seluruh dunia.

Baiklah karena sudah sampai di dekat Vimanmek akhirnya kami tetap berusaha mencari letak bangunan itu berada, setidaknya bisa mengurangi rasa penasaran kami.

Meskipun tutup yang penting ada fotonya :p.

Dari Vimanmek Mansion kami berjalan kaki tanpa arah menuju pemberhentian bis terdekat berdasarkan feeling. Kenapa berdasarkan feeling? selain tanpa GPS, kekuatan feeling ini musti dikeluarkan karena jalanan di sekitar Vimanmek ini sangat sepi, belum lagi penjaga gerbang Vimanmek yang kami tanyai tidak mengerti bahasa Inggris X.X.

Setelah beberapa ratus meter akhirnya kami menemukan pemberhentian bis dan tujuan kami berikutnya adalah ke MBK dan Jim Thompson house museum. Untungnya di pemberhentian bis itu ada calon penumpang yang akan pergi ke daerah Siam, dekat dengan MBK jadi kami bisa ikutan tanpa khawatir nyasar hihihi...

Sebelum kami ke MBK, kami menuju Jim Thompson yang letaknya tidak jauh dari MBK. Jim Thompson House Museum adalah rumah tradisional milik orang kebangsaan Amerika yang juga pengusaha kain sutra terkenal di Thailand. Rumahnya dijadikan museum yang berisi barang-barang antik yang ditemukan oleh Jim Thompson dari beberapa negara dan yang paling menarik menurut saya sih dari tempat ini arsitektur rumahnya yang cozy dan artistik banget. Tiket masuk ke Jim Thompson HM ini hanya 50 Bath untuk pengunjung yang berusia maksimal 25 tahun.

Disuguhkan tarian dan cara pengolahan kain sutera secara tradisional

Setelah membayar tiket pengunjung akan dibagi menjadi beberapa kelompok, lalu kami semua akan dipandu oleh seorang tour guide yang akan memberikan informasi mengenai setiap sudut ruangan, barang-barang antik yang ada di dalam rumah Jim Thompson, dan informasi tentang keberadaan Jim thompson yang tidak diketahui sampai saat ini *misteriiii....

Rumahnya adem banget


 Sayangnya saya tidak punya dokumentasi isi di dalam rumah karena memang dilarang.

Puas menikmati suasana rumah yang teduh dan bikin ngantuk, kami  berjalan menuju MBK. Selama di Bangkok berarti untuk kedua kalinya kami ke MBK. Apalagi kalau bukan untuk sholat dan makan serta beli Thai tea buat oleh-oleh.

Salah satu restoran yang wajib dikunjungi oleh umat muslim ketika di MBK adalah Yana Restaurant yang letaknya berada di lantai lima. Selain karena restoran ini berlabel halal, masakannya juga enak.

Tom Yam Thailand yang nyummmiii,,, *slrrp

Sepulangnya dari MBK, uang kami benar-benar di level waspada, kalau di rupiahkan uang saya paling sekitar 70 ribu *ketawa miris. Gila ini beneran siap nge-gembel haha. Bisa aja sih kami menukarkan uang rupiah yang juga sedikit ini tapi pasti dihargai murah T.T.

Tujuan kami selanjutnya dan bisa dibilang tujuan terakhir selama di Bangkok adalah menikmati Wat Arun di malam hari yang katanya lebih keren daripada siang hari *penasaran. Seperti biasa saat berada di pemberhentian bis artinya kami harus bertanya ke penduduk lokal tentang nomor bis ke tempat tujuan kami itu *malu bertanya sesat di jalan. 

Setelah berada di dalam bis beberapa menit kemudian bis berhenti dan semua penumpang diturunkan! Saat menurunkan penumpang, pak supir berusaha menjelaskan tapi sepertinya cuman kami yang nggak tahu alasan kenapa semua penumpang diturunkan di pinggir jalan seperti ini * oh bahasa Thailand saya nggak ngerti sama sekali*. Okee...untuk kedua kalinya selama di Thailand kami diturunkan sebelum sampai di tujuan *menghela nafas. Saya dan Pipit lagi-lagi celingak-celinguk, tanya ke Ibu-Ibu juga nggak ngerti bahasa Inggris, alhasil kami berjalan tanpa arah lagi untuk menuju Thien Pier, Wat Arun. Saat nyasar di luar negeri sepertinya penyelamat kami terakhir adalah Pak Polisi, Yap...kami menuju ke pos polisi dan syukurlah Bapak Polisi di sana lumayan jago berbahasa Inggris :*. Pak Polisi menyuruh kami untuk berjalan kaki terlebih dahulu karena dari tempat kami berdiri tidak ada bis yang langsung menuju ke Thien Pier, Wat Arun.


Di tengah perjalanan

Dan akhirnyaaa...... sampai juga kami di Wat Arun. Pemandangan Wat Arun di malam hari ini memang keren. Lampu kuning yang menyorot ke patung serta wat di sana membuat tampilan mereka di malam hari kelihatan lebih "Wah". Suasananya sangat berbeda dengan siang hari pastinya, lebih tenang karena di sekitar saya cuman ada empat pengunjung. Nggak sia-sia deh jalan kaki sampai nyasar-nyasar buat kesini *langsung lari-lari berasa Wat punya sendiri.


Guardian Giant kelihatan lebih "hidup"

Wat Arun jadi mirip Menara Eiffel

Akhirnya karena semakin malam kami berdua memutuskan kembali ke hostel untuk makan malam dan packing-packing tentunya.

 Said goodbye to Wat Arun

Untuk menuju ke Khaosan Road dari Tha Thien Pier kami naik bis dengan tarif 11 Bath *lupa nomor bis nya. Setelah sampai di kawasan Khaosan road kami menuju ke salah satu agen perjalanan untuk memesan mobil ELF ke Airport dengan tarif 110Bath/org. Kami sengaja memilih naik ELF tersebut karena lebih murah tentunya dibandingkan jika naik taksi dan lebih cepat serta nggak ribet dibandingkan jika naik bis umum. Keuntungan lainnya kami akan dijemput dari hostel jadi nggak mungkin telat.

Sampai di hostel kami langsung packing karena besok, jam 8 pagi kami harus sudah siap menuju airport. Rasanya malam itu saya ingin segera pulang ke Jakarta setelah melihat uang Bath yang ada hanya cukup untuk beli nasi kotak di sevel dan air mineral :DDD. 

No comments:

Post a Comment

Thanks for your comment !! Please come back..:D